Kendati dianggap belum bergerak signifikan, pasar properti saat ini masih terus bergerak dinamis. Hal ini didorong tingginya kebutuhan hunian, terutama rumah tapak. Namun, yang berbeda saat ini adalah bagaimana masyarakat terutama yang termasuk masyarakat kelas ekonomi A sampai A+ mengubah kebutuhan tersebut.
"Sekarang, mereka, para investor dan orang-orang kaya itu melihat dan membagi persentase uang yang mau dimasukkan ke dalam properti. Sementara dulu, uangnya hanya dihabiskan untuk satu properti saja," kata CEO Strategic Development and Services Sinar Mas Land Ishak Chandra, di Serpong, Kamis (1/3/2017). Jika dulu, mereka punya uang Rp 5 miliar tak segan untuk menghabiskannya ke properti, sekarang berbeda.
Menurut Ishak, kini orang-orang tersebut lebih senang membagi uangnya ke beberapa bagian. Misalnya, Rp 1 miliar untuk deposito, Rp 1 miliar obligasi, dan Rp 3 miliar sisanya mereka belikan tiga sampai empat properti kecil-kecil dan mudah dijual kembali. "Pasar tetap akan ada tapi gaya berinvestasi mereka yang berubah," kata dia.
Sinarmas Land sendiri tahun ini masuk pasar dengan tiga proyek. Ketiganya masing-masing merupakan mixed use development atau proyek multifungsi dengan residensial baik apartemen maupun rumah tapak (landed residential) sebagai properti utamanya.
Proyek pertama adalah properti multifungsi di Nuvasa Bay, Batam, Kepulauan Riau. Di dalamnya terdiri dari apartemen, ritel, dan rumah tapak. Harga yang dipatok untuk landed residential serentang Rp 1 miliar hingga Rp 15 miliar per unit. Sedangkan untuk apartemen strata atau kondominium sekitar Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar per unit. Berbeda dengan proyek yang dikerjasamakan bareng KOP Properties Group asal Singapura, proyek multifungsi ini akan dikerjakan sendiri oleh Sinar Mas Land Group.
Proyek kedua adalah Superblok Tanjung Barat seluas 5,4 hektar. Di sini, mereka akan membangun apartemen, dan ritel. Harga apartemen yang dipatok mulai dari Rp 30 juta per meter persegi. Sementara untuk ritelnya akan dikerjakan bersama investor besar asal Jepang yang selama ini telah berkolaborasi membangun properti serupa di BSD City Serpong, dan Kota Deltamas, Cikarang. Adapun Gross Development Value (GDV) untuk Superblok Tanjung Barat, sejumlah Rp 2 triliun.
Proyek ketiga adalah Apartemen Aerium di Taman Permata Buana, Jakarta Barat. Aerium terdiri atas dua menara apartemen dengan harga perdana Rp 30 juta per meter persegi. Proyek ini juga dilengkapi ruang ritel penunjang dengan total nilai GDV Rp 2 triliun.
Sumber : Kompas.com
Penulis : Ridwan Aji Pitoko
Editor : Hilda B Alexander
COMMENTS